Berjanji Mudah, Menepati  Susah

Setiap tahun politik berbagai janji diucapkan oleh politisi. Tim pemenangan berlomba-lomba membisikkan secara masif kepada siapa saja yang memungkinkan untuk disasar menjadi calon pemilih.

Mereka yang dipercaya untuk membisikkan kebaikan sesaat itu tak hanya dari kalangan politisi. Namun tak sedikit dari kalangan ASN yang diperalat secara diam-diam untuk menarik simpati rakyat. Mereka bisa dibilang sebagai shadow politik di tengah pakaian seragam mewahnya.

Bacaan Lainnya

Lalu, apakah janjinya semua ditepati? TIDAK! Ribuan janji dalam politik itu hanya pemanis bibir saja. Bukan untuk direalisasikan jika sudah memegang kekuasaan. Jika pun ada yang direalisasikan, maka itu sudah selaras dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku.

Kenapa demikian? Lihat saja salah satu sayap pemenangan pilkada di beberapa tahun lalu di Gayo Lues. Sebut saja Laskar Merah atau apa pun sebutannya. Lalu kepada mereka dijanjikan berbagai jenis kesejahteraan. Misalnya, jika sudah terpilih dan dilantik. Maka akan diberikan pekerjaan dan sebagainya.

Apakah itu terwujud? Lihat saja siapa yang masih menyimpan seragam kebanggan kampanye itu. Jika pun terwujud, hanya segelintir orang yang pintar melobi.  Siapa yang salah jika hal itu terjadi? Jelas yang salah itu kamu. Kenapa mau dirayu di saat yang tidak tepat. Jelas-jelas mereka menginginkan kamu memilihnya di bilik suara. Mereka tidak kenal dengan kamu sebelumnya. Jadi tidak perlu berbangga hati jika ada salah satu kandidat mencoba mendekatimu di saat tahun politik.

Karena kehadiran mereka itu datangnya musiman. Persis seperti orang yang percaya hal gaib untuk menyembelih kerbau putih di bibir pantai. Hanya saja bedanya pada waktu. Yang percaya tumbal untuk memberi makan makhluk gaib satu tahun sekali. Sedangkan tahun politik lima tahun sekali.

Janji palsu itu tidak hanya terjadi kepada rakyat jelata yang tak dikenal sebelumnya. Namun lebih dari itu, terjadi di dalam keluarga. Entah dari mana datangnya bisikan gaib hingga berani berjanji yang tidak semestinya kepada keluarga sendiri. Itulah fenomena politik, kamu harus paham trik mereka yang suka memainkan kata.

Jadi rakyat harus cerdas, harus pintar memilah dan memilih. Jangan hanya karena janji palsu lalu kamu gadaikan harga dirimu di bilik suara. Itu sungguh sangat hina untuk masa depan suatu daerah.

Saat ini kamu teriak menyesal memilih yang dulu. Saat ini kamu sibuk mencari kekurangannya. Sibuk menjelekkan ketidakbecusannya dalam bekerja. Itu sudah sangat terlambat kawan. Kenapa dulu kamu sangat menyanjungnya? Bahkan jika ada yang bilang sedikit saja kejelekannya kamu langsung naik pitam. Harusnya kamu membela sampai masa jabatannya selesai, bukan meninggalkan di tengah jalan gara-gara tidak dapat kedudukan.

Kawanku, sudah sangat lama saya tidak menulis tentang politik dan pemerintahan. Terutama hiruk-pikuk perpolitikan di Gayo Lues yang saat ini mulai ramai dibahas oleh berbagai kalangan. Padahal pemilihan bupati masih dua tahun lagi, tetapi panasnya api sudah mulai dirasakan saat ngopi pagi.

Tingkat pendidikan di Gayo Lues saat ini sudah mulai membaik. Generasi muda dan pemilih pemula sudah cerdas. Mereka akan berpikir puluhan kali untuk menentukan siapa pemimpin terbaiknya. Semoga mereka tidak terjebak dengan janji palsu yang hingga kini belum ditepati.

Padahal kita tahu bahwa janji itu adalah hutang menurut agama Islam yang kita percaya. Mudah-mudahan yang terbaik untuk Gayo Lues ke depan.

Penulis : Ramli P

Malang 27 Juni 2020

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *